* * *
Kira-kira satu setengah tahun yang lalu, saya lupa tepatnya tanggal berapa, saya dan teman-teman sedang beristirahat di balkon sekolah. Lalu datanglah salah seorang guru yang mengatakan bahwa di aula akan diadakan seminar tentang pertukaran pelajar yang diadakan oleh sebuah organisasi. Langsung aja yang ada dalam pikiran saya 'Wah lumayan nih bis nge-skip dua jam pelajaran selanjutya'. Siapa yang nyangka ternyata presentasi dari salah seorang returnee saat itu bisa menjadi passion yang membawa saya sampai seperti sekarang ini?
Beberapa bulan setelahnya saya mengikuti seleksi tahap I dari program ini. Begitu tiba di lokasi tahap pertama saya sudah dibuat down oleh banyaknya peserta tahap pertama ini, saya juga meliat beberapa teman saya yang juga mengikuti seleksi ini. Seleksi tahap ini adalah seleksi paling sulit karena merupakan test bahasa Inggris, pengetahuan umum serta membuat essay. Saya emang cukup pede dengan hasil essay saya, tapi pengetahuan umum saya sangat sangat sangaaaat terrible. Kebetulan saya mendapat tempat duduk paling belakang sudut, jadi saya bisa dengan leluasa melihat para peserta yang hadir. Saat itu saya sempat berfikir, "Mungkin nggak ya, dari sekian banyak orang disini, aku yang duduk di pojok belakang ruangan ini bisa mendapatkan kesemoatan untuk menjalankan program ini?"
Akhirnya keluar pengumuman yang menyatakan bahwa saya berhasil melanjutkan ke seleksi tahap II yaitu interview bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Seleksi kali ini tidak sesulit seleksi yang sebelumnya, namun tetap aja buat saya was was karena masih banyak saingan yang harus saya kalahkan. Namun ternyata saya bisa melewati tahap dua dengan baik dan kemudian saya menerima kabar bahwa saya berhasil untuk terus maju ke tahap III dinamika kelompok.
Saya merasa bahwa saya sudah melakukan apapun yang terbaik pada saat dinamika kelompok, namun saya sadar kalau yang akan berhasil mencapai tingkat nasional jumlahnya sangat sedikit. Sampai kira-kira dua bulan setelahnya saya menerima surat yang menyatakan bahwa saya berhasil mencapai tingkat nasional dan akan di seleksi untuk menjadi kandidat pertukaran pelajar.
Selama enam bulan saya tidak menerima kabar sekali mengenai AFS. Saya mulai belajar untuk menerima kenyataan apabila saya dinyatakan tidak lulus nantinya. Lama kelamaan saya sudah mulai menerima bahwa memang mungkin saat itu belum menjadi rezeki saya. Saya terus menanamkan optimisme didalam diri saya bahwa pasti ada yang lebih baik yang sudah direncanakan tuhan walaupun jauh di dalam hati kecil saya saya tetap ingin untuk mendapatkannya.
Akhir Juni saya sedang berada di dalam waiting room saat transit pulang ke Medan, karena bosan menunggu saya mulai menggunakan fasilitas wi-fi untuk sekedar browsing. Lalu ntah kenapa feeling saya saya harus segera melihat account twitter saya dan benar saja, ada mention dari teman saya yang mengatakan bahwa saya sudah berhasil mencapai tingkat internasional.
26 Juli 2011
Saya dan Zizi tiba di bandara keberangkatan domestik Polonia, saat itu saya harus meninggalkan kota Medan. Saya harus meninggalkan sahabat-sahabat saya, dan segala kenangan indah yang kami buat bersama. Saya lihat sahabat-sahabat saya sudah lebih dulu tiba. Saat terakhir saya meninggalkan rumah, saya masih belum mengerti apa yang saya rasakan, sampai saya lihat wajah-wajah sahabat saya yang akan mengantarkan kepergian saya.
Disaat itulah I realized that I don't wanna leave them, I still want to be with them until the end of high school. But the fact is: I can't. Saat itu saya sadar kalau untuk meraih sesuatu, harus ada sesuatu yang dikorbankan. Lalu saya menyadari sesuatu hal yang sampai saat ini menjadi motivasi bagi saya, "Apapun yang akan saya capai nanti insyaAllah pasti akan menjadi sesuatu yang sangat-sangat berharga, karena untuk mencapainya saya harus rela mengorbankan sesuatu seberharga sahabat-sahabat saya."
NOW HERE I COME USA!