Wednesday, November 6, 2013

My Dream, My Fight, My Choice

"Sebetulnya membuat pilihan itu tidak sulit, karena jauh di lubuk hati yang terdalam kita sudah tau apa yang mau kita pilih. Kita hanya takut apakah keputusan tersebut adalah keputusan yang benar atau salah."

There's nothing feels better than accomplishing something in your life. There's nothing makes you happier than living your dream. And there's nothing gives you any greater feeling when everything in your life happen the way you planned them to be.

But life isn't always that nice to give you everything you want.

Beberapa bulan yang lalu, disaat siswa-siswi SMA sedang gencar-gencarnya belajar untuk persiapan ujian masuk PTN favorit, sayapun terikut euphorianya. Belajar dari pagi sampai malam bukan lagi hal aneh yang saya lakukan. Tapi saat itu saya hanya berjuang dan berjuang tanpa saya tahu tujuannya apa. Saat itu pilihan saya adalah SBM ITB, yang sebenarnya saya pilih untuk membuktikan suatu hal yang kalau dipikir-pikir sekarang ini bodoh sekali. Dan benar saja, pilihan setengah hati itu pun tidak membuahkan hal yang baik, saya gagal di SBMPTN. Saya sudah terlebih dahulu gagal di SNMPTN, dan gagal lagi di SBMPTN, saat itu benar-benar kecewa, sedih dan bingung. Saya harus ngapain sekarang? Undangan dari UTS sudah saya tolak, yang tersisa adalah salah satu perguruan tinggi swasta yang sudah menerima saya. Well, life must go on. Sayapun pergi ke universitas itu dan mulai hunting kostan dan hal-hal lainnya. 

Beberapa minggu setelah pengumuman SBMPTN, saya masih tidur, ketika mama saya masuk ke kamar dan memeluk saya, saat saya buka mata saya, saya lihat beliau sudah berurai air mata sambil memegang handphone. Beliau berkata, "Papa," sambil mnyerahkan HPnya ke saya. Saat itu hati saya mencelos, apa yang terjadi dengan papa? Berbagai pikiran aneh bermunculan di benak saya sampai akhirnya saya mendengar suara papa dari HP mama, beliau juga menangis. Saya masih mengira ada apa-apa dengan Papa saya yang saat itu sedang bertugas di Makasar, saya ingin mengatakan sesuatu namun tenggorokan saya tercekat. Lalu saya dengar suara papa saya yang tersendat-sendat, "Selamat ya nak, kamu diterima di UI." Saya terdiam, mungkin sekitar dua menit. Saya rasakan pelukan mama dan tanpa saya sadari airmata saya sudah menetes. Rasanya nggak percaya, saya lulus SIMAK UI 2013.

Begitulah, akhirnya saya berhasil berkuliah di Universitas Indonesia, yang tahun lalu, memimpikannya pun saya tidak berani. Tapi ada satu hal yang akhirnya saya sadari, when you have a dream, you can feel the desire come from your heart

Setahun yang lalu, saya menghadiri acara UI goes to Medan. Bukan karena saya ingin masuk UI, karena saat itu saya masih tahu diri akan kemampuan saya, tapi karena project officer acara tersebut adalah sahabat saya dari SMA. Lagipula banyak teman-teman saya yang datang ke acara tersebut, baik sebagai peserta ataupun sebagai wakil dari universitasnya masing-masing. Saya kehabisan tiket UIGTM maka dari itu saya mengambil tiket dari rumah Fira, salah satu teman AFS saya, yang saat itu kebetulan sedang tidak enak badan. Sesampainya di venue, ternyata acaranya sudah hampir selesai, yang ada tinggal acara bedah kampus. Suasananya saat itu ramai sekali, saya jadi pusing dan bete karena berdiri di panas terik dan tidak berhasil menemukan teman-teman saya. Akhirnya saya berteduh di salah satu stands fakultas. "Selamat datang di stands FE UI," kata seorang cowo yang yah, bisa dibilang ganteng dari balik mejanya, saat itu saya mikir, ada juga anak UI yang ganteng haha. Back to the story, ternyata saya berteduh di stands nya FE UI. Karena nggak enak hanya numpang berteduh akhirnya saya basa basi nanya-nanya ke kakaknya. Saya tidak begitu memperhatikan waktu kakaknya memperkenalkan diri, tapi saya ingat kalau dia adalah mahasiswa Ilmu Ekonomi. Saya langsung tertarik mendengarkan penjelasan dia tentang IE UI, karena saya emang emoh sama yang namanya akuntansi dan mama saya nggak menganjurkan untuk berkuliah di manajemen. Ternyata ada jurusan yang namanya Ilmu Ekonomi, yang akhirnya menjadi pilihan pertama saya di SIMAK UI.

Setelah pengumuman SIMAK dan pendaftaran ulang, saya diwajibkan mengikuti OBM. Masih terngiang di benak saya saat pertama kali saya memasuki kawasan Universitas Indonesia. Hamparan rumput yang berbentuk makara terpampang luas di bawah jalan meuju gerbang utama UI. Rasanya saat itu  saya pengen nangis lagi, masih nggak percaya bisa diterima di UI, walaupun bukan di jurusan yang saya inginkan tapi di program studi baru FE UI, Bisnis Islam. Saat dalam perjalanan menuju UI di hari keempat OBM bersama mama, saya singgah sebentar ke mini market untuk membeli buku tulis. Setelah membeli buku tulis dan kembali ke mobil, mama saya sedang telfonan dengan papa dan langsung tersenyum ke arah saya, "Guess what? Kamu lulus di Akuntansi UGM!". Rasanya, again, nggak percaya, tapi kali ini ditambah rasa bingung. Apakah saya tetap melanjutkan di Bisnis Islam UI, atau Akuntansi UGM?

Dua pilihan yang dihadapkan pada saya bukanlah hal yang mudah. Keduanya adalah sesuatu yang selama ini cuma ada di angan-angan saya. Dapat diterima di dua Perguruan Tinggi Negri terbaik di Indonesia dan sekarang saya harus memilih salah satunya. Karena saya tidak juga bisa membuat keputusan, begitu pula kedua orangtua saya yang mempunyai pendapat yang berbeda, akhirnya kami memutuskan pergi ke Jogja, tepatnya, ke Universitas Gadjah Mada.


Hari terakhir batas pendaftaran UGM, saya masih bingung. Kalau mengikuti akal sehat, saya seharusnya memilih Akuntansi UGM, yang kualitasnya sudah terbukti daripada Bisnis Islam UI yang baru tahun ini berdiri. Namun hati saya berkata beda, ntah kenapa hati saya berat di UI. Maka dari itu saya memutuskan tetap memilih Universitas Indonesia. Saat saya kembali menjalani masa orientasi mahasiswa baru, tidak sedikit orang yang mengatakan "sayang", saya tidak memilih akuntansi UGM. Bahkan tidak sedikit orang juga yang blak blakan bilang, "Bego lo Rin nggak ngambil akun UGM." Tentu saja saya merasa ragu, apakah saya sudah melakukan keputusan yang salah?

Namun seiring berjalannya waktu, saya tersadar. Nggak ada pilihan yang salah, setiap pilihan mempunyai manfaat dan mudaratnya masing-masing. Yang menentukan keberhasilan seseorang bukanlah pilihan yang dibuatnya, tapi seberapa baik ia menjalani pilihan yang telah ia buat. Dan orang yang bego itu adalah orang yang tidak mengikuti kata hatinya dalam membuat keputusan.
Pertama kali nyobain Jaket Kuning
Pertama kali ngerasain di ceburin di kolam makara
Here I am, mahasiswa baru Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tanpa saya sadari saya mulai menikmati kehidupan saya di kampus perjuangan ini. Saya bertemu banyak orang-orang luar biasa yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, yang saya yakin adalah calon-calon orang hebat di Negara ini. Saya melanjutkan hobi saya dengan bergabung di klub perfilman yang disini bernama PERFEK, juga beberapa kepanitiaan kampus, dan menjadi manajer tim basket FE. Terlibat langsung di kegiatan kampus harus saya akui menjadi salah satu faktor yang memudahkan saya mengenal bahkan mendapatkan teman-teman baru, baik sesama maba ataupun senior. Dan saya merasa sangat-sangat beruntung saya memilih mengikuti kata hati saya karena setelah menjalaninya, saya yakin bahwa ini adalah pilihan yang tepat dan terbaik buat saya. It just feels like I meant to be here. The culture, the people and even the system, I feel like I just fit in here. 

Kepanitiaan pertama saya: Economic Talent  2013 
Project pertama bareng Perfek di Tanjung Lesung

Berkuliah di FE, atau di fakultas apapun itu berat dan susah, but again, if it's something that came from your heart, no matter how hard it is or how bad you wanna give up, you keep going anyway. That's why, for whoever out there still struggling with something you wanna do, do something that you love.